Kamis, 08 Desember 2011

Museum Perumusan Naskah Proklamasi


Mengenang Semanagat Kemerdekaan Indonesia

DAHULU GEDUNG TUA INI MENJADI SAKSI PENTING BAGI BANGSA INDONESIA. TERJADI PERISTIWA PERUMUSAN NASKAH PROKLAMASI DAN DISINILAH AWAL BERDIRINYA NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA.

                    




Jas merah. “Jangan sekali-kali melupakan sejarah”. Itulah sebuah pernyataan yang pernah disampaikan bung Karno kepada rakyat Indonesia.

17 Agustus 2011 nanti, tepat negeri ini genap berusia 66 Tahun. Meski kini tak lagi dijajah bangsa lain, lantas tak semestinya kita melupakan jasa para pahlawan yang dengan segenap jiwa raganya bertaruh merebut kemerdekaan negeri ini dari penindasan.
Ya, mungkin kita sudah bisa bernafas lega, menikmati hidup dengan aman dan damai, menikmati keindahan alam yang diciptakan Tuhan di negeri subur ini. Tapi ingatkah kita peristiwa penuh emosial pada 66 tahun silam, dimana golongan tua dan golongan muda bersiteru untuk memproklamirkan kemerdekaan?
Perumusan Naskah Proklamasi dilaksanakan ketika Presiden pertama RI, Ir Soekarno dengan wakilnya Muhammad Hatta kembali ke Jakarta setelah diamankan oleh para pemuda di Rengasdengklok, Kerawang, Jawa Barat. Peristiwa Rengasdengklok terjadi 15 Agustus 1945 terjadi karena adanya perbedan pendapat antara golongan tua dan golongan muda dalam pelaksanaan proklamasi.
Golongan tua yang diwakili oleh Soekarno – Hatta, dan Ahmad Subardjo berpendapat dalam memproklamasikan kemerdekaan diperlukan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Sementara itu golongan muda yang diwakili Sukarni, Chaerul Saleh dan Sayuti Melik menunding PPKI adalah bentukan Jepang, sehingga tak perlu. Perbedaan inilah yang menyebabkan para pemuda mengamankan Soekarno – Hatta di Rengasdengklok.
Namun, atas jaminan Ahmad Subardjo bahwa proklamasi akan dilaksanakan keesokan harinya, maka para pemuda akhirnya mengijinkan Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta.
Setelah kembali ke Jakarta, Soekarno – Hatta ditemani Ahmad Subardjo menemui Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dan Angkatan Darat Jepang Laksamana Tadashi Maeda dikediamannya, di jalan Meiji Dori sekarang jalan Imam Bonjol No. 1. Ditempat yang kini dikenal sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Soekarno – Hatta beserta Ahmad Subardjo menduduki kursi bermeja bundar yang berada di ruang tamu, yang juga ruangan Laksamana Maeda bekerja.
Saat itu Soekarno mulai mempersiapkan penanya dan menulis draf naskah proklamasi, sedangkan Hatta dan Ahmad Subardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Rumusan teks proklamasi ini ditulis dalam kertas bergaris biru.
Kalimat pertama dalam draf proklamasi yang berbunyi “Kami Bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia”, kalimat ini terbentuk atas kesepakatan ketiga tokoh tersebut. Kemudian kalimat kedua ditambahkan oleh Hatta berupa pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan. Naskah proklamasi tersebut terselesaikan dengan beberapa coretan sebagai tanda pertukaran pendapat dalam merumuskannya.
Kemudian, konsep naskah proklamasi diutarakan kepada hadirin diserambi muka (ruang pengesahan/penandatanganan naskah proklamasi). Lalu Soekarno membacakan rumusan pertanyaan kemerdekaan yang telah dibuat itu secara perlahan-lahan dan berulang-ulang. Saat membacakan naskah proklamasi Soekarno bertanya kepada hadirin “Benar-benar semua saudara setuju?” Jawabnya adalah, “Setuju”.
Ketika mendapat persetujuan dari hadirin, Soekarno meminta Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi, lalu Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi di ruang bawah tangga dekat dapur dan ditemani oleh B.M Diah.
Naskah Proklamasi yang diketik Sayuti Melik dengan mengadakan perubahan tiga kata, yaitu, kata “tempoh” menjadi “tempo”, kata “wakil-wakil Bangsa Indonesia” berubah menjadi “atas nama Bangsa Indonesia” dan 17-8-45 menjadi hari 7 boelan 8 tahun 45.
Usai diketik, akhirnya Soekarno dan Hatta menandatangani naskah proklamasi diatas sebuah piano yang terletak dibawah tangga atas nama Bangsa Indonesia.
Peristiwa ini berlangsung pada 17 Agustus 1945. Usai penandatanganan yang akhirnya atas dasar pertimbangan keamanan, Soekarno memutuskan bahwa pembacaan naskah proklamasi dilaksanakan di halaman depan rumah kediamannya, di jalan Pengangsaan Timur No. 56.

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta

Oleh karena itu, peristiwa sejarah yang amat penting terjadi di gedung ini, yaitu peristiwa Perumusan Naskah Proklamasi, maka gedung ini dinamakan Museum Perumusan Naskah Proklamasi.







 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar