Sabtu, 16 Juli 2011

Sarinah The Indonesian Emporium

Sarinah merupakan sebuah nama Departement Store Modern pertama di Indonesia, peletakan batu pertamanya pada tanggal 17 Agustus 1962 yang bertepatan dengan Hari Kemerdekaan RI ke 17. Pada awalnya, nama Sarinah ini merupakan nama seorang wanita sederhana yang mana wanita tersebut adalah pengasuh Presiden Soekarno semasa kecil. Sebagai tanda terima kasihnya Bung Karno terhadap jasa sang pengasuh, maka nama Sarinah inilah yang diabadikan sebagai nama Departement Store Modern pertama di Indonesia.

Bukan Binatang Biasa

Ya, monyet adalah sejenis binatang yang memiliki tingkat kecerdasan luar biasa dibanding binatang lain pada umumnya. Tingkah lakunya bisa meniru gaya manusia, hanya saja monyet itu binatang, tidak mempunyai akal dan pikiran. Segala perintah dilakukan asal perut kenyang.

Melongok Ke Acara Festival Kemang 2011






Mendapat info dari seorang teman tentang acara Festival Palang Pintu yang diselenggarakan di bilangan Kemang Raya, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, pada 4-5 Juni 2011. Terus terang saya belum mengerti apa itu Festival Palang Pintu? acara apakah itu? ada apa saja di dalam acara itu?
Dengan rasa penasaran, saya tergoda untuk mendatangi acara Festival Palang Pintu. Sampai disana, ternyata begitu banyak masyarakat yang memadati arena acara tersebut, sehingga membuat saya semakin penasaran untuk masuk dan menjajakinya.
Sebelumnya saya bertanya kepada seorang tukang parkir, acara apakah ini? Dan si tukang parkir menjawab.. “ini adalah acara Festival Palang Pintu, acara tradisi budaya Betawi yang digelar setahun sekali.” Oh, ternyata saya baru mengerti bahwa acara tersebut merupakan agenda tahunan yang digelar masyarakat Betawi dalam memperingati gelar budaya sekaligus menyambut HUT DKI Jakarta.
Perlahan saya mulai melangkah untuk melihat apa yang ada di acara tersebut. Saat memasukinya, ternyata banyak digelar stan bazar di sepanjang tenda yang mana menjual beberapa jenis barang, makanan serta pernak-pernik yang merupakan ciri khas dari adat Betawi.
Setelah itu ada sebuah panggung besar yang ternyata digunakan untuk menyelenggarakannya para peserta Palang Pintu. Selain itu ada juga sebuah rombongan warga Betawi yang berjalan serta berarak-arakan dan diiringi musik Betawi. Tentu saja hal ini membuat saya tambah penasaran.
Pada akhirnya saya tetap berdiri di tempat untuk menyaksikan acara tersebut. Setelah saya amati dari beberapa peragaan, ternyata "Palang Pintu” merupakan suatu tradisi masyarakat Betawi yang biasa dilakukan saat rombongan mempelai pria mendatangi mempelai wanita dalam pesta perkawinan. Rombongan mempelai pria selain membawa bermacam bingkisan khas antara lain roti buaya yang dihias sedemikian rupa, juga membawa beberapa jawara yang jago pencak silat dan berpantun. Mereka harus mengalahkan beberapa jawara dari mempelai wanita sebelum masuk ke rumah mempelai wanita. Jika berhasil, berarti mereka diperbolehkan melewati Palang Pintu ke rumah untuk bersanding dengan mempelai wanita di pelaminan.
Tak hanya itu, festival nyatanya berlangsung seru. Dengan iringan gamang keromong dan lagu sike, para jawara pun saling berbalas pantun di atas panggung, dengan logat Betawi yang sangat kental mampu membuat penonton tertawa ngakak dengan pantun yang kocak. Selain itu para jawara juga beraksi dengan bersilat menggunakan golok yang merupakan senjata tradisional Betawi.
Setelah menyaksikan semua, saya baru mengerti ternyata Festival Palang Pintu itu merupakan bentuk komitmen yang tinggi dari pemuda Betawi untuk menjungjung tinggi warisan dan nilai-nilai kebudayaan Betawi.

Karya Seni Instalasi Pada Malam Resepsi Ulang Tahun AJI




Dalam rangka ulang tahun Aliansi Jurnalis Independen (AJI) ke-17, digelar malam resepsi di Galeri Nasional Jakarta, pada 8 Juli 2011. Pada acara malam resepsi juga ditampilkan sebuah Pameran Karya Seni Instalasi karya Tisna Sanjaya.
Seperti kita ketahui, Tisna Sanjaya adalah seorang seniman asal Bandung yang bekerja dengan berbagai media dan materi. Baginya, seni tidak terkotak-kotakan, seni adalah satu, yang membedakan hanyalah bentuk, media, materi, rasa dan ekspresi seniman dalam mencerna dan memahami esensi seni.
Memang, belakangan ini sering sekali ada penyelenggaraan pameran seni yang menarik dengan tema yang luar biasa. Masing-masing pameran tersebut mempunyai kekuatan yang khas sebagai suatu pameran dan cenderung selalu membawa wacana baru di dalam dunia seni Indonesia. Kini Di ulang tahun AJI ke-17, Tisna pun menampilkan seni instalasi bertema “Amnesia Cultura 2011”. Gaya lukisan dan karya-karya seni Tisna yang kritis ini sejalan dengan semanagat perjuangan AJI.
Belasan karya seni instalasi yang terpampang di dalam gedung B. Ruang Temporer ini merupakan bentuk kreatifitas dari pekerja seni yang menganggap seni itu selain sebagai sebuah ekspresi juga menyampaikan kegundahan diri, metafor, sublim. Seni sangat kaya akan berbagai cara untuk menentukan jalan baru, inspirasi untuk sama-sama melakukan perubahan dan pembenahan lingkunghan agar lebih baik.
Karya yang dipamerkan terdiri dari lukisan berbentuk abstrak yang menggambarkan tengkorak dari manusia dan beberapa gambar manusia, seolah memberikan sebuah kesan yang ekspresif. Pada dasarnya setiap seni itu memiliki sebuah makna. Dari tema yang diutarakan oleh Seniman Tisna Sanjaya ini, merupakan sebuah ruang penyadaran akan penyakit Amnesia Cultura.

Senin, 04 Juli 2011

Teruntuk Sank Maestro

Saat kata tak lagi bermakna, apa arti bahasa... 
Saat suara tak lagi terdengar di telinga, apa daya mulutku berbicara... 
Saat inspirasi dinilai dengan harga, apalah arti sebuah karya... 
Saat maha karya milik orang bertahta, tak ada lagi guna'a budaya... 
Kita ada karna semua... 
Apalah arti sebuah nama...