Minggu, 18 Desember 2011

Wisata Sejarah Klenteng Tua di Indonesia


BANGUNAN KUNO BERUSIA TUA YANG MENGGAMBARKAN PERADAPAN ETNIS TIONGHOA DENGAN UKIRAN NAGA SERTA WARNA YANG MEMPESONA.

Klenteng Jin De Yuan (Petak Sembilan)











 
Atmosfer religius langsung terasa saat memasuki kawasan tempat ibadah ini. Meski kelenteng ini berada di pusat kota, namun suasana tenang dan damai begitu membangkitkan jiwa ketika berada di dalamnya.
Di antara lebih dari seratus Klenteng yang ada di Jakarta, terdapat beberapa Klenteng tua yang terkenal. Salah satunya adalah Klenteng Jin De Yuan. Klenteng yang berada di kawasan Pecinaan, Glodok, Jakarta Barat ini didirikan pada tahun 1650 oleh Letnan Kwee Hoen dan diberi nama Koan-Im Teng.
Awal mulanya Klenteng ini disebut Guan Yin Ting (Koan Im Teng) atau disebut dengan Paviliun Guan Yin. Pada tahun 1740, Klenteng yang dipersembahkan untuk Dewi Koan-Im (Dewi Welas Asih) ini turut dirusak dalam peristiwa pembantaian terbesar etnis Tionghoa dalam sejarah kolonialisme Belanda di Indonesia.
Meski terdapat goresan sejarah kelam yang terus dikenang Klenteng ini, namun lima belas tahun kemudian tepatnya pada tahun 1755, seorang kapten Tionghoa memugar kembali Klenteng tersebut dan kemudian memberi nama baru dengan sebutan Jin De Yuan (Kim Tek Le) yang artinya “Klenteng Kebajikan Emas”.
Lokasinya berada di kawasan pecinaan padat, namun hal ini tidak menyurutkan orang untuk beribadah. Bahkan setelah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya, pengunjung kian berdatangan meski tujuan mereka tidak untuk beribadah. Selain menjadi tempat ibadah, Klenteng yang dikenal dengan sapaan Klenteng Petak Sembilan ini berfungsi pula sebagai destinasi wisata sejarah.

Senin, 12 Desember 2011

Wisata Sejarah Kelenteng Tua di Indonesia


Vihara Budhayana Dewi Kwan Im

BANGUNAN KUNO BERUSIA TUA YANG MENGGAMBARKAN PERADAPAN ETNIS TIONGHOA DENGAN UKIRAN NAGA SERTA WARNA YANG MEMPESONA.



                                    
    
Hijau pepohonan nan rindang sepanjang jalan masih tampak menghias, sederetan rumah warga pun masih terlihat khas dengan bangunan tradisional. Itulah yang terlihat di sepanjang jalan menuju Vihara Dewi Kwan Im, terletak di Desa Burung Mandi, Kecamatan Manggar, Belitung Timur.
Di tengah geliat wisata Belitung yang dikenal dengan pantainya yang biru, bersih dan batu granit berukuran raksasa terselip sebuah peninggalan sejarah yang memiliki nilai religius. Peninggalan sejarah tersebut berupa Vihara Budhayana atau dikenal juga dengan nama Vihara Dewi Kwan Im.
Apa sebenarnya yang ada di Vihara ini? dan cerita apa yang tersimpan di Vihara ini? Vihara Budhayana yang diberi nama Vihara Dewi Kwan Im terletak di lereng bukit dekat pesisir pantai masuk ke dalam wilayah pantai Burung Mandi. Awalnya Vihara ini dibangun sebagai tempat beribadah masyarakat setempat sejak ratusan tahun lalu, kemudian diresmikan pada tahun 1987.
Selain digunakan sebagai Vihara, tempat ini juga telah menjadi destinasi wisata sejarah, konon katanya di sini juga terdapat jasa meramal. Tempat nan bersih dan nyaman ini begitu terasa damai. Disekelilingnya masih banyak pohon-pohon besar yang sudah tahunan. Sesekali terdengar suara anjing menggong-gong dari kejauhan. Vihara ini dibangun tahun 1747 sebagai salah satu bukti peninggalan sejarah dari peradapan agama Budha di pulau Belitung.





Vihara ini terdiri dari beberapa kuil kecil dan satu bangunan utama berarsitektur khas China, dengan warna merah dan ornament patung naga hijau melilit pilar-pilarnya. Berdiri di atas ketinggian 200 meter dari permukaan laut. Untuk mencapai kuil utamanya harus melewati 45 anak tangga.
Menurut cerita, lokasi Vihara ini dipilih karena sebuah petunjuk. Pada suatu hari patung Dewi Kwan Im yang dibawa pelaut hilang di sekitar perairan Belitung. Para awak kapal pun tidak menemukannya meski sudah bersikeras mencarinya. Anehnya, beberapa lama kemudian seseorang melihat patung tersebut di atas tumpukan batu, tepat di lokasi Vihara sekarang.
Meski letaknya yang cukup jauh, namun ada saja pengunjung yang datang, pengunjung tersebut tak hanya berasal dari daerah sekitar, bahkan ada juga yang datang dari luar daerah. Saat memasuki sebuah ruangan yang cukup luas, diruangan tersebut banyak berbagai properti budaya Tionghoa yang tentunya memiliki nama dan arti. Terdapat beberapa patung mini Budha, lilin berwarna merah, maupun bakaran dufa. Soal ramalan, tanpa ragu seorang juru kunci Vihara ini pun turut menjelaskan kepada setiap pengunjung yang datang. Menurut penjelasannya, di sini memang bisa meramal atau memprediksi seseorang lewat ritual yang dipercaya dengan adanya kekuatan Dewi Kwan Im. Seperti memprediksi hal jodoh, rezeki maupun kesehatan. Perlu diperhatikan, bagi pengunjung yang datang dan ingin diramal, di tempat ini dipercayai dapat meramal dengan artian hanya memprediksi bukan mengabulkan. Pada kebenarannya memohon sesuatu agar dikabulkan hanyalah kepada Tuhan yang maha Esa.
Belitung memang layak menjadi destinasi favorit, berbagai budaya, festival dan perayaan besar kerap dirayakan di pulau ini. Tak hanya popular dengan laskar pelangi, akan tetapi potensi wisata religi pun dapat menjadi daya pikat wisatawan.